PENALARAN DEDUKTIF
Nama : Pipo Legenda
Npm : 25210342
Kelas : 3EB18
Pengertian Penalaran Deduktif
Penalaran adalah
proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (observasi empirik) yang
menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang
sejenis juga akan terbentuk proporsi-proporsi yang sejenis, berdasarkan
sejumlah proporsi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah
proporsi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut
menalar. Dalam penalaran, proporsi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut
dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi
(consequence). Hubungan antara premis dan konklusi disebut konsekuensi.
Menurut Jujun
Suriasumantri, penalaran adalah suatu proses berfikir dalam menarik suatu
kesimpulan yang berupa pengetahuan. Sebagai suatu kegiatan berfikir penalaran
memiliki ciri-ciri tertentu. Ciri pertama adalah proses berpikir logis, dimana
berpikir logis diartikan sebagai kegiatan berpikir menurut pola tertentu atau
dengan kata lain menurut logika tertentu. Ciri yang kedua adalah sifat analitik
dari proses berpikirnya. Sifat analitik ini merupakan konsekuensi dari adanya
suatu pola berpikir tertentu. Analisis pada hakikatnya merupakan suatu kegiatan
berpikir berdasarkan langkah-langkah tertentu.
Pengetahuan yang
dipergunakan dalam penalaran pada dasarnya bersumber pada rasio atau fakta.
Mereka yang berpendapat bahwa rasio adalah sumber kebenaran mengembangkan paham
rasionalisme, sedangkan mereka yang menyatakan bahwa fakta yang tertangkap
lewat pengalaman manusia merupakan sumber kebenaran mengembangkan paham
empirisme.
- Deduksi berasal dari bahasa Inggris, "deduction" yang berarti penarikan kesimpulan dari keadaan-keadaan yang umum, menemukan yang khusus dari yang umum, lawannya induksi (Kamus Umum Bahasa Indonesia hal 273 W.J.S Poerwadarminta. Balai Pustaka 2006)
- Deduksi adalah cara berpikir dimana dari pernyataan yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus. Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya mempergunakan pola berpikir yang dinamakan "silogismus". Silogismus disusun dari dua buah pernyataan dan sebuah kesimpulan. (Filsafat Ilmu Hal 48-49, Jujun S. Suriasumantri Pustaka Sinar Harapan. 2005)
- Metode berpikir deduktif adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus. (www.id.wikipedia.com)
Penalaran Deduktif
adalah suatu penalaran yang berpangkat pada suatu peristiwa umum, yang
kebenarannya telah diketahui atau diyakini dan berakhir pada suatu kesimpulan
atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus. Metode ii diawali dari
pembentukan teori hipotesis, defenisi operasional, instrumen dan
operasionalisasi.
Faktor-faktor
penalaran deduktif:
- Pembentukan Teori
- Hipotesis
- Definisi Operasional
- Instrumen
- Operasionalisasi
Variabel pada
Penalaran Deduktif
- Silogisme Kategorial
Silogisme Kategorial
: Silogisme yang terjadi dari tiga proposisi.
Premi Umum : Premis
Mayor (My)
Premis Khusus :
Premis Minor (Mn)
Premis Simpulan :
Premis Kesimpulam (K)
Dalam simpulan
terdapat subjek dan predikat. Subjek simpulan disebut term minor.
- Silogisme Hipotesis
Silogisme Hipotesis:
Silogisme yang terdiri atas premis mayor yang berproporsi konditional
hipotesis. Konditional Hipotesis, bila premis minornya membenarkan anteseden,
simpulannya membenarkan konsekuen. Bila minornya menolak antesenden,
simpulannya juga menolak konsekuen.
- Silogisme Alternatif
Silogisme alternatif
adalah Silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proporsi alternatif.
Proporsi alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu
alternatifnya. Simpulannya akan menolak alternatif yang lain.
- Entimen
Silogisme ini jarang
ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan maupun lisan. Yang
dikemukakan hanya premis minor dan simpulan.
Contoh kalimat Deduktif:
1. Burung adalah
hewan berkaki dua (Premis Minor)
2. Burung adalah
Hewan (Premis Mayor)
3. Semua burung bisa
terbang (Kesimpulan)