Sabtu, 16 April 2011

Tulisan Perekonomian Indonesia

Nama : Pipo Legenda
KELAS: 1EB18
NPM : 25210342

Kewirausahaan (entrepreneurship)

Kewirausahaan adalah tindakan menjadi seorang pengusaha, yang dapat didefinisikan sebagai "orang yang melakukan inovasi, keuangan dan ketajaman bisnis dalam upaya untuk mengubah inovasi menjadi barang ekonomi". Hal ini dapat mengakibatkan organisasi baru atau mungkin menjadi bagian dari revitalisasi organisasi matang dalam menanggapi kesempatan yang dirasakan. Bentuk paling jelas dari kewirausahaan adalah bahwa untuk memulai usaha baru, namun, dalam beberapa tahun terakhir, istilah ini telah diperpanjang untuk memasukkan bentuk-bentuk sosial dan politik dari aktivitas kewirausahaan. Ketika kewirausahaan adalah penjelasan kegiatan dalam suatu perusahaan atau organisasi besar ini disebut sebagai intra-preneurship dan mungkin termasuk perusahaan venturing, ketika entitas besar spin-off organisasi .

Menurut Paul Reynolds, kewirausahaan sarjana dan pencipta Global Entrepreneurship Monitor, "pada saat mereka mencapai masa pensiun mereka, setengah dari semua orang yang bekerja di Amerika Serikat mungkin memiliki masa kerja mandiri satu atau lebih tahun; satu di empat mungkin telah terlibat dalam diri kerja untuk enam tahun atau lebih yang berpartisipasi dalam penciptaan bisnis baru adalah kegiatan yang umum di antara pekerja AS selama karir mereka” Dan dalam beberapa tahun terakhir telah didokumentasikan oleh para ahli seperti David Audretsch menjadi penggerak utama pertumbuhan ekonomi di Amerika Serikat dan Eropa Barat.


kegiatan Wirausaha secara substansial berbeda tergantung pada jenis organisasi dan kreativitas yang terlibat. Kewirausahaan berkisar dalam skala dari proyek solo bahkan melibatkan pengusaha hanya paruh waktu untuk usaha utama menciptakan banyak lapangan kerja. Banyak kewirausahaan usaha mencari modal ventura atau dana malaikat (biji uang) dalam rangka meningkatkan modal untuk membangun bisnis. Angel investor umumnya mencari keuntungan tahunan sebesar 20-30% dan lebih, serta keterlibatan yang luas dalam bisnis. Banyak jenis organisasi sekarang ada untuk mendukung calon pengusaha termasuk instansi pemerintah khusus, inkubator bisnis, taman ilmu pengetahuan, dan beberapa LSM. Di masa yang lebih baru, istilah kewirausahaan telah diperpanjang untuk memasukkan unsur yang tidak terkait perlu untuk kegiatan usaha seperti pembentukan konseptualisasi kewirausahaan sebagai suatu pola pikir tertentu dimana pola pikir tersebut menghasilkan inisiatif kewirausahaan misalnya dalam bentuk kewirausahaan sosial, kewirausahaan politik, atau pengetahuan kewirausahaan telah muncul.

Pengusaha adalah faktor dalam ekonomi mikro, dan studi tentang kewirausahaan mencapai kembali karya Richard Cantillon dan Adam Smith pada akhir abad 17 dan awal 18, tapi diabaikan secara teoritis sampai akhir abad ke-20 ke-19 dan awal dan empiris sampai mendalam kebangkitan dalam bisnis dan ekonomi dalam 40 tahun terakhir. Donald Trump adalah salah satu contohnya.

Pada abad ke-20, pemahaman kewirausahaan berutang banyak pada karya ekonom Joseph Schumpeter pada tahun 1930 dan ekonom Austria lain seperti Carl Menger, Ludwig von Mises dan Friedrich von Hayek. Dalam Schumpeter, seorang entrepreneur adalah orang yang bersedia dan mampu mengkonversi ide baru atau penemuan menjadi inovasi yang sukses. Menurut Schumpeter, kewirausahaan bekerja untuk menggantikan seluruh atau sebagian inovasi lebih rendah di seluruh pasar dan industri, sekaligus menciptakan produk baru termasuk model bisnis baru. Dengan cara ini, destruksi kreatif sebagian besar bertanggung jawab atas dinamika industri dan pertumbuhan ekonomi jangka panjang.

Untuk Schumpeter, kewirausahaan menghasilkan industri-industri baru, tetapi juga di kombinasi baru dari input yang ada saat ini. contoh awal Schumpeter ini adalah kombinasi dari mesin uap dan kereta saat itu membuat teknologi untuk menghasilkan yg tdk mempunyai kuda kereta. Dalam hal ini inovasi, mobil, adalah transformasional tapi tidak membutuhkan pengembangan teknologi baru, hanya penerapan teknologi yang sudah ada dengan cara baru. Hal itu tidak segera mengganti, horsedrawn kereta, tetapi dalam waktu tambahan perbaikan yang mengurangi biaya dan meningkatkan teknologi menyebabkan penggantian praktis lengkap kendaraan binatang ditarik transportasi modern. Meskipun kontribusi Schumpeter awal abad ke-20, teori mikroekonomi tradisional tidak mempertimbangkan secara formal pengusaha dalam kerangka teoretis (bukan asumsi bahwa sumber daya akan menemukan satu sama lain melalui sistem harga). Dalam pengobatan ini pengusaha adalah aktor tersirat tapi tidak ditentukan, tetapi konsisten dengan konsep pengusaha menjadi agen x-efisiensi.

tugas minggu ke 8

nama: pipo legenda
npm : 25210342
kelas: 1eb18

SEKTOR PERTANIAN


1. Peranan sektor pertanian
Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki daratan yang sangat luas sehingga mata pencaharian penduduk sebagian besar adalah pada sektor pertanian. Pertanian dapat dilihat sebagai suatu yang sangat potensial dalam empat bentuk kontribusinya terhadap pertumbuhan dan pembangunan ekonomi nasional yaitu sebagai berikut:
• Ekspansi dari sektor-sektor ekonomi lainnya sangat tergantung pada pertumbuhan output di bidang pertanian, baik dari sisi permintaan maupun penawaran sebagai sumber bahan baku bagi keperluan produksi di sektor-sektor lain seperti industri manufaktur dan perdagangan.
• Pertanian berperan sebagai sumber penting bagi pertumbuhan permintaan domestik bagi produk-produk dari sektor-sektor lainnya.
• Sebagai suatu sumber modal untuk investasi di sektor-sektor ekonomi lainnya.
• Sebagai sumber penting bagi surplus perdagangan (sumber devisa).
Kontibusi terhadap kesempatan kerja
Di suatu Negara besar seperti Indonesia, di mana ekonomi dalam negerinya masih di dominasi oleh ekonomi pedesaan sebagian besar dari jumlah penduduknya atau jumlah tenaga kerjanya bekerja di pertanian. Di Indonesia daya serap sektor tersebut pada tahun 2000 mencapai 40,7 juta lebih. Jauh lebih besar dari sector manufaktur. Ini berarti sektor pertanian merupakan sektor dengan penyerapan tenaga kerja yang tinggi.
Kalau dilihat pola perubahan kesempatan kerja di pertanian dan industri manufaktur, pangsa kesempatan kerja dari sektor pertama menunjukkan suatu pertumbuhan tren yang menurun, sedangkan di sektor kedua meningkat. Perubahan struktur kesempatan kerja ini sesuai dengan yang di prediksi oleh teori mengenai perubahan struktur ekonomi yang terjadi dari suatu proses pembangunan ekonomi jangka panjang, yaitu bahwa semakin tinggi pendapatan per kapita, semakin kecil peran dari sektor primer, yakni pertambangan dan pertanian, dan semakin besar peran dari sektor sekunder, seperti manufaktur dan sektor-sektor tersier di bidang ekonomi. Namun semakin besar peran tidak langsung dari sektor pertanian, yakni sebagai pemasok bahan baku bagi sektor industri manufaktur dan sektor-sektor ekonomi lainnya.
Kontribusi devisa
Pertanian juga mempunyai kontribusi yang besar terhadap peningkatan devisa, yaitu lewat peningkatan ekspor dan atau pengurangan tingkat ketergantungan Negara tersebut terhadap impor atas komoditi pertanian. Komoditas ekspor pertanian Indonesia cukup bervariasi mulai dari getah karet, kopi, udang, rempah-rempah, mutiara, hingga berbagai macam sayur dan buah.
Peran pertanian dalam peningkatan devisa bisa kontradiksi dengan perannya dalam bentuk kontribusi produk. Kontribusi produk dari sector pertanian terhadap pasar dan industri domestic bisa tidak besar karena sebagian besar produk pertanian di ekspor atau sebagian besar kebutuhan pasar dan industri domestic disuplai oleh produk-produk impor. Artinya peningkatan ekspor pertanian bisa berakibat negative terhadap pasokan pasar dalam negeri, atau sebaliknya usaha memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri bisa menjadi suatu factor penghambat bagi pertumbuhan ekspor pertanian. Untuk mengatasinya ada dua hal yang perlu dilakukan yaitu menambah kapasitas produksi dan meningkatkan daya saing produknya. Namun bagi banyak Negara agraris, termasuk Indonesia melaksanakan dua pekerjaan ini tidak mudah terutama karena keterbatasan teknologi, SDM, dan modal.
Kontribusi terhadap produktivitas
Banyak orang memperkirakan bahwa dengan laju pertumbuhan penduduk di dunia yang tetap tinggi setiap tahun, sementara lahan-lahan yang tersedia untuk kegiatan-kegiatan pertanian semakin sempit, maka pada suatu saat dunia akan mengalami krisis pangan (kekurangan stok), seperti juga diprediksi oleh teori Malthus. Namun keterbatasan stok pangan bisa diakibatkan oleh dua hal: karena volume produksi yang rendah ( yang disebabkan oleh faktor cuaca atau lainnya), sementara permintaan besar karena jumlah penduduk dunia bertambah terus atau akibat distribusi yang tidak merata ke sluruh dunia.
Mungkin sudah merupakan evolusi alamiah seiring dnegan proses industrialisasi dimana pangsa output agregat (PDB) dari pertanian relatif menurun, sedangkan dari industri manufaktur dan sektor-sektor skunder lainnya, dan sektor tersier meningkat. Perubahan struktur ekonomi seperti ini juga terjadi di Indonesia. Penurunan kontribusi output dari pertanian terhadap pembentukan PDB bukan berarti bahwa volume produksi berkurang (pertumbuhan negatif). Tetapi laju pertumbuhan outputnya lebih lambat dibandingkan laju pertumbuhan output di sektor-sektor lain.
Bukan hanya dialami oleh Indinesia tetapi secara umum ketergantungan negara agraris terhadap impor pangan semakin besar, jika dibandingkan dengan 10 atau 20 tahun yang lalu, misalnya dalam hal beras. Setiap tahun Indonesia harus mengimpor beras lebih dari 2 juta ton. Argumen yang sering digunakan pemerintah untuk membenarkan kebijakan M-nya adalah bahwa M beras merupakan suatu kewajiban pemerintah yang tak bisa dihindari, karena ini bukan semata-mata hanya menyangkut pemberian makanan bagi penduduk, tapi juga menyangkut stabilitas nasional (ekonomi, politik, dan sosial).
Kemampuan Indonesia meningkatkan produksi pertanian untuk swasembada dalam penyediaan pangan sangat ditentukan oleh banyak faktor eksternal maupun internal. Satu-satunya faktor eksternal yang tidak bisa dipengaruhi oleh manusia adalah iklim, walaupun dengan kemajuan teknologi saat ini pengaruh negatif dari cuaca buruk terhadap produksi pertanian bisa diminimalisir. Dalam penelitian empiris, factor iklim biasanya dilihat dalam bentuk banyaknya curah hujan (millimeter). Curah hujan mempengaruhi pola produksi, pola panen, dan proses pertumbuhan tanaman. Sedangkan factor-faktor internal, dalam arti bisa dipengaruhi oleh manusia, di antaranya yang penting adalah lusa lahan, bibit, berbagai macam pupuk (seperti urea, TSP, dan KCL), pestisida, ketersediaan dan kualitas infrastruktur, termasuk irigasi, jumlah dan kualitas tenaga kerja (SDM), K, dan T. kombinasi dari faktor-faktor tersebut dalam tingkat keterkaitan yang optimal akan menentukan tingkat produktivitas lahan (jumlah produksi per hektar) maupun manusia (jumlah produk per L/petani). Saat ini Indonesia, terutama pada sektor pertanian (beras) belum mencukupi kebutuhan dalam negeri. Ini berarti Indonesia harus meningkatkan daya saing dan kapasitas produksi untuk menigkatkan produktivitas pertanian.
2. Sektor Pertanian di Indonesia

• Selama periode 1995-1997, PDB sektor pertanian (peternakan, kehutanan & perikanan) menurun & sektor lain spt menufaktur meningkat.
• Sebelum krisis moneter, laju pertumbuhan output sektor pertanian < ouput sektor non pertanian • 1999 semua sektor turun kecuali listrik, air dan gas. • Rendahnya pertumbuhan output pertanian disebabkan: • Iklim kemarau jangka panjang berakibat volume dan daya saing turun • Lahan lahan garapan petani semakin kecil • Kualitas SDM rendah • Penggunaan Teknologirendah 3. Nilai Tukar Petani Data BPS yang dirilis Selasa (1/3) menunjukkan kenaikan NTP ini dikarenakan naiknya NTP Subsektor Tanaman Pangan, Subsektor Hortikultura, dan Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat masing-masing sebesar 0,41 persen, 0,79 persen, dan 0,38 persen. Pada Januari 2011, NTP Provinsi Sulawesi Utara mengalami kenaikan tertinggi (1,05 persen) dibandingkan kenaikan NTP provinsi lainnya. Sebaliknya, NTP Provinsi Papua terjadi penurunan terbesar (0,93 persen) dibanding penurunan NTP provinsi lainnya. Pada Januari 2011, terjadi inflasi di daerah perdesaan di Indonesia sebesar 0,98 persen terutama dipicu oleh naiknya indeks subkelompok bahan makanan. NTP yang diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani (dalam persentase), merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di perdesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani. Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga perdesaan di 32 provinsi di Indonesia pada Januari 2011, NTP secara nasional naik 0,25 persen dibandingkan NTP Desember 2010, yaitu dari 102,75 menjadi 103,01. Kenaikan NTP pada Januari 2011 disebabkan kenaikan indeks harga hasil produksi pertanian lebih tinggi dibandingkan kenaikan indeks harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga maupun untuk keperluan produksi pertanian. Kenaikan NTP Januari 2011 disebabkan oleh naiknya tiga subsektor pertanian, yaitu Subsektor Tanaman Pangan naik sebesar 0,41 persen; Subsektor Hortikultura naik sebesar 0,79 persen; dan Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat naik sebesar 0,38 persen. Sebaliknya, Subsektor Peternakan dan Subsektor Perikanan turun masing-masing sebesar 1,07 persen dan 0,09 persen. Kenaikan NTP Januari 2011 terutama dipengaruhi oleh naiknya harga-harga pada Subsektor Hortikultura utamanya kelompok sayur-sayuran. Nilai tukar, nilai tukar suatu barang dengan barang lainnya. Jika harga produk A Rp 10 dan produk B Rp 20, maka nilai tukar produk A thd B=(PA/PB)x100% =1/2. Hal ini berarti 1 produk A ditukar dengan ½ produk B. Dengan menukar ½ unit B dapat 1 unit A. Biaya opportunitasnya adalah mengrobankan 1 unit A utk membuat ½ unit B. Dasar Tukar (DT): o DT dalam negeri, pertukaran 2 barang yang berbeda di dalam negeri dg mata uang nasional o DT internasional / Terms Of Trade,pertukaran 2 barang yang berbeda di dalam negeri dg mata uang internasional Nilai Tukar Petani, Selisih harga output pertanian dg harga inputnya (rasio indeks harga yang diterima petani dg indeks harga yang dibayar). Semakin tinggi NTP semakin baik. NTP setiap wilayah berbeda dan ini tergantung: o Inflasi setiap wilayah o Sistem distribusi input pertanian o Perbedaan ekuilibrium pasar komoditi pertanian setiap wilayah (D=S) o D>S harga naik & D
4. Investasi di Sektor Pertanian

Sektor pertanian masih memegang peranan penting bagi perekonomian nasional. Setidaknya ada empat hal yang dapat dijadikan alasan. Pertama, Indonesia merupakan negara berkembang yang masih relatif tertinggal dalam penguasaan Iptek muktahir serta masih menghadapi kendala keterbatasan modal, jelas belum memiliki keunggulan komparatif (comparative advantage) pada sektor ekonomi yang berbasis Iptek dan padat modal. Oleh karena itu pembangunan ekonomi Indonesia sudah selayaknya dititikberatkan pada pembangunan sektor-sektor ekonomi yang berbasis pada sumberdaya alam, padat tenaga kerja, dan berorientasi pada pasar domestik. Dalam hal ini, sektor pertanianlah yang paling memenuhi persyaratan.
Kedua, menurut proyeksi penduduk yang dilakukan oleh BPS penduduk Indonesia diperkirakan sekitar 228-248 juta jiwa pada tahun 2008-2015. Kondisi ini merupakan tantangan berat sekaligus potensi yang sangat besar, baik dilihat dari sisi penawaran produk (produksi) maupun dari sisi permintaan produk (pasar) khususnya yang terkait dengan kebutuhan pangan. Selain itu ketersedian sumber daya alam berupa lahan dengan kondisi agroklimat yang cukup potensial untuk dieksplorasi dan dikembangkan sebagai usaha pertanian produktif merupakan daya tarik tersendiri bagi para investor untuk menanamkan modalnya.
Ketiga, walaupun kontribusi sektor pertanian bagi output nasional masih relatif kecil dibandingkan sektor lainnya yakni hanya sekitar 12,9 persen pada tahun 2006 namun sektor pertanian tetap merupakan salah satu sumber pertumbuhan output nasional yang penting. Berdasarkan data BPS, pada Bulan Februari 2007 tercatat sektor pertanian merupakan penyerap tenaga kerja terbesar, yakni sekitar 44 persen.
Keempat, sektor pertanian memiliki karakteristik yang unik khususnya dalam hal ketahanan sektor ini terhadap guncangan struktural dari perekonomian makro (Simatupang dan Dermoredjo, 2003 dalam Irawan, 2006). Hal ini ditunjukkan oleh fenomena dimana sektor ini tetap mampu tumbuh positif pada saat puncak krisis ekonomi sementara sektor ekonomi lainnya mengalami kontraksi. Saat kondisi parah dimana terjadi resesi dengan pertumbuhan PDB negatif sepanjang triwulan pertama 1998 sampai triwulan pertama 1999, nampak bahwa sektor pertanian tetap bisa tumbuh dimana pada triwulan 1 dan triwulan 3 tahun 1998 pertumbuhan sektor pertanian masing-masing 11,2 persen, sedangkan pada triwulan 1 tahun 1999 tumbuh 17,5 persen. Adapun umumnya sektor nonpertanian pada periode krisis ekonomi yang parah tersebut pertumbuhannya adalah negatif (Irawan, 2004, dalam Irawan, 2006).
Mengingat pentingnya peranan sektor pertanian dalam perekonomian nasional tersebut sudah seharusnya kebijakan-kebijakan negara berupa kebijakan fiskal, kebijakan moneter, serta kebijakan perdagangan tidak mengabaikan potensi sektor pertanian. Bahkan dalam beberapa kesempatan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan pentingnya sektor pertanian dengan menempatkan revitalisasi pertanian sebagai satu dari strategi tiga jalur (triple track strategy) untuk memulihkan dan membangun kembali ekonomi Indonesia. Salah satu tantangan utama dalam menggerakan kinerja dan memanfaatkan sektor pertanian ini adalah modal atau investasi. Pengembangan investasi di sektor pertanian diperlukan untuk dapat memacu pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kesempatan kerja dan pendapatan petani, serta pengembangan wilayah khususnya wilayah perdesaan.

5. Keterkaitan Pertanian dengan Industri Manufaktur

Salah satu penyebab krisis ekonomi kesalahan industrialisasi yang tidak berbasis pertanian. Hal ini terlihat bahwa laju pertumbuhan sector pertanian bertambah walaupu kecil, sedangkan industri manufaktur berkurang. Jepang, Taiwan & Eropa dlm memajukan industri manufaktur diawali dg revolusi sector pertanian.
Alasan sector pertanian harus kuat dlm proses industrialisasi:
o Sektor pertanian kuat, pangan terjami, tidak ada ada lapar, kondisi sospol stabil
o Sudut Permintaa, Sektor pertanian kuat, pendapatan riil perkapita naik, permintaan oleh petani thd produk industri manufaktur naik berarti industri manufaktur berkembang & output industri menjadi input sektor pertanian
o Sudut Penawaran, permintaan produk pertanian sbg bahan baku oleh industri manufaktur.
o Kelebihan output siktor pertanian digunakan sbg sb investasi sektor industri manufaktur spt industri kecil dipedesaan.
o Kenyataan di Indonesia keterkaitan produksi sektor pertanian dam industri manufaktur sangat lemah dan kedua sektor tersebut sangat bergantung kepada barang impor.

Minggu, 03 April 2011

TUGAS MINGGU 5/6 "PEREKONOMIAN INDONESIA''

NAMA : Pipo legenda
KELAS : 1EB 18
NPM : 25210342

MENCARI DATA TINGKAT KEMISKINAN DAN PENDAPATAN PERKAPITA INDONESIA SAAT INI DIBANDINGKAN DENGAN NEGARA ASEAN LAINNYA DAN PROGRAM PEMERINTAH SAAT INI UNTUK MENANGGULANGI KEMISKINAN

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA
1. Perkembangan Tingkat Kemiskinan di Indonesia, 1996-2008

Jumlah dan persentase penduduk miskin pada periode 1996-2008 berfluktuasi dari tahun ke tahun. Pada periode 1996-1999 jumlah penduduk miskin meningkat sebesar 13,96 juta karena krisis ekonomi, yaitu dari 34,01 juta pada tahun 1996 menjadi 47,97 juta pada tahun 1999.
Persentase penduduk miskin meningkat dari 17,47 persen menjadi 23,43 persen pada periode yang sama.
Pada periode 2000-2005 jumlah penduduk miskin cenderung menurun dari 38,70 juta pada tahun 2000 menjadi 35,10 juta pada tahun 2005. Secara relatif juga terjadi penurunan persentase penduduk miskin dari 19,14 persen pada tahun 2000 menjadi 15,97 persen pada tahun 2005.
Namun pada tahun 2006, terjadi kenaikan jumlah penduduk miskin yang cukup drastis, yaitu dari 35,10 juta orang (15,97 persen) pada bulan Februari 2005 menjadi 39,30 juta (17,75 persen) pada bulan Maret 2006. Penduduk miskin di daerah perdesaan bertambah 2,11 juta, sementara di daerah perkotaan bertambah 2,09 juta orang.
Peningkatan jumlah dan persentase penduduk miskin selama Februari 2005-Maret 2006 terjadi karena harga barang-barang kebutuhan pokok selama periode tersebut naik tinggi, yang digambarkan oleh inflasi umum sebesar 17,95 persen. Akibatnya penduduk yang tergolong tidak miskin namun penghasilannya berada disekitar garis kemiskinan banyak yang bergeser posisinya menjadi miskin.
Terjadi penurunan jumlah dan persentase penduduk miskin yang cukup signifikan pada periode Maret 2007-Maret 2008, dari 37,17 juta (16,58 persen) pada tahun 2007 menjadi 34,96 juta (15,42 persen) pada tahun 2008.

2. Perkembangan Tingkat Kemiskinan Maret 2008-Maret 2009

Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada bulan Maret 2008 sebesar 34,96 juta orang (15,42 persen). Dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2009 yang berjumlah 32,53 juta (14,15 persen), berarti jumlah penduduk miskin turun sebesar 2,43 juta.
Jumlah penduduk miskin di daerah perdesaan turun lebih tajam dari pada daerah perkotaan. Selama periode Maret 2008-Maret 2009, penduduk miskin di daerah perdesaan berkurang 1,57 juta orang, sementara di daerah perkotaan berkurang 0,86 juta orang (Tabel 2).
Persentase penduduk miskin antara daerah perkotaan dan perdesaan tidak banyak berubah. Pada periode Maret 2008 – Maret 2009, perubahan persentase penduduk miskin di perkotaan sebesar 0,93 persen, dan di perdesaan mencapai 0,58 persen.
Penurunan jumlah dan persentase penduduk miskin selama periode Maret 2008-Maret 2009 nampaknya berkaitan dengan faktor-faktor berikut:

1. Selama periode Maret 2008-Maret 2009 inflasi umum relatif stabil (Maret 2008 terhadap Maret 2009 sebesar 7,92 persen)
2. Rata-rata harga beras nasional (yang merupakan komoditi paling penting bagi penduduk miskin) selama periode Maret 2008-Maret 2009 pertumbuhannya lebih rendah (7,80 persen) dari laju inflasi.
3. Rata-rata upah riil harian buruh tani (70 persen penduduk miskin perdesaan bekerja di sektor pertanian) naik 13,22 persen dan rata-rata upah riil buruh bangunan harian naik sebesar 10,61 persen selama periode Maret 2008-Maret 2009.
4. Selama Subround I (Januari-April) 2009 terjadi panen raya. Produksi padi Subround I 2009 mencapai 29,49 juta ton GKG (hasil Angka Ramalan II 2009), naik sekitar 4,87 persen dari produksi padi Subround I 2008 yang sebesar 28,12 juta ton GKG.
5. Pada umumnya penduduk miskin bekerja di subsektor pertanian tanaman pangan dan perikanan (nelayan). NTP di kedua subsektor tersebut selama periode April 2008-Maret 2009 mengalami kenaikan yaitu naik sebesar 0,88 persen untuk subsektor tanaman pangan dan naik sebesar 5,27 persen untuk subsektor perikanan (nelayan). Di subsektor tanaman pangan indeks harga jual petani (It) naik sebesar 10,95 persen, sementara indeks harga beli petani (Ib) naik 9,98 persen. Di subsektor perikanan indeks jual petani (It) naik sebesar 15,47 persen sementara indeks beli petani (Ib) hanya naik sebesar 9,70 persen.
6. Pertumbuhan pengeluaran konsumsi rumah tangga triwulan I tahun 2009 (angka sangat­sangat sementara) meningkat sebesar 5,84 persen terhadap triwulan I tahun 2008 (angkasangat sementara).


Pendapatan per Kapita Indonesia Rp27 Juta

JAKARTA--MICOM: Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat produk Domestik Bruto (PDB) per kapita Indonesia pada 2010 mencapai US$3.004,9 atau Rp27 juta. Ini meningkat 13% dibandingkan dengan PDB per kapita 2009 yang sebesar Rp23,9 juta atau US$2.349,6.

Hal tersebut disampaikan Kepala BPS Rusman Heriawan dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta, Senin (7/2). Nilai PDB per kapita tersebut didapat dari pencapaian PDB sebesar Rp6.422,9 triliun dibagi dengan jumlah penduduk Indonesia sebesar 237, 6 juta orang.

Produk Nasional Bruto (PNB) per kapita juga meningkat dari Rp23,1 juta atau US$2.267,3 pada 2009 menjadi Rp26,3 juta atau US$2.920,1 pada 2010. "Terjadi peningkatan sebesar 13,9%," kata Rusman.

Selama periode Agustus 2009-Agustus 2010 ( year on year/yoy), lapangan kerja baru tercipta sebanyak 3,34 juta. Dengan pertumbuhan ekonomi 6,1%, lapangan kerja baru tercipta sebanyak 548 ribu dari setiap 1% pertumbuhan ekonomi.

Sampai dengan Agustus 2010, lapangan kerja yang tercipta sebanyak 108,21 juta. Jumlah tersebut meningkat dari 2009 yang sebanyak 104,87 juta.


Pendapatan Perkapita Indonesia Dengan Asean

Pada 2009, PDB Indonesia berada di urutan ke-18, mengalahkan Swiss dan Belgia. Pada 2010? Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Presiden Susilo BambangMenurut berita di detik, pendapatan per kapita masyarakat Indonesia tahun 2007 naik 17% nenjadi USD 1946 atau sekitar Rp. 17,9 juta per tahun (kurs 9200).Dari sisi pendapatan per kapita, GNP Malaysia US$ 13.740 dan Indonesia US$ 3.830
Mengatasi Kemiskinan Lewat BLT (Bantuan Langsung Tandas)

Kemiskinan merupakan hal yang biasa di sekitar kita, Indonesia. Sangat mudah menemukan orang miskin dan kantong-kantong kemiskinan di sekitar rumah. Indonesia mencatat tidak kurang 37,17 juta (Maret 2007) penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan mendiami negara ini. Jumlah ini diperkirakan terus bertambah secara faktual meskipun secara persentase sering diklaim telah mengalami penurunan. Terlebih dengan naiknya harga bahan bakar minyak (BBM) sebesar 28,7 persen. Jumlah orang miskin diperkirakan akan bertambah menjadi 41,5 juta jiwa jika BBM benar-benar naik. Sekali lagi masyarakat kecil menjadi korban dari ketidakmampuan negara mengelola kekayaannya.
Pemerintah bukannya tidak menyadari hal ini. Beban pemerintah sendiri sudah sangat berat untuk membereskan berbagai sektor. Dengan alasan harga minyak dunia mencapai 120 dolar/barel, beban subsidi harus dikurangi oleh pemerintah, BBM dinaikan sebesar 28,7%. Kenaikan sebesar itu akan memberi ruang fiskal yang cukup longgar bagi APBN sebesar Rp 21,491 triliun serta menambah penghematan anggaran menjadi Rp 25,877 triliun.
Pemerintah dalam upayanya mengurangi (bukan menghilangkan) beban hidup masyarakat miskin salah satunya adalah menciptakan Bantuan Langsung Tunai (BLT). Duitnya di ambil dari pengalihan dana subsidi BBM. Pemerintah menyiapkan dana Rp14,1 triliun untuk pelaksanaan program BLT selama tujuh bulan dalam tahun anggaran 2008.
Dana subsidi ini kemudian dialihkan langsung kepada orang miskin dalam berbagai program. Pemerintah beralasan subsidi BBM kini lebih banyak dinikmati oleh orang kaya pemilik kendaraan. Sudah saatnya subsidi hanya layak dinikmati oleh si miskin tetapi ini pun untuk orang yang benar-benar miskin (lihat kriteria orang miskin menurut BPS).
Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam berbagai media menjelaskan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bahwa BLT itu ditujukan kepada 19,1 juta Kepala Keluarga (KK) miskin dengan jumlah bantuan Rp 100 ribu per KK setiap bulannya. Program BLT itu sudah dimulai pada akhir Mei 2008 guna dilaksanakan secara penuh sampai Desember 2008. Program ini kemungkinan besar akan dilanjutkan pada 2009 dengan nilai yang akan dinegosiasikan dengan DPR.

Pemerintah Rilis Enam Program (Baru) Penanggulangan Kemiskinan

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan bahwa pemerintah menambah enam program prorakyat baru sebagai bagian dari kebijakan penurunan angka kemiskinan.

Presiden menyampaikan itu ketika menutup Rapat Kerja pemerintah bidang perekonomian di Istana Bogor, Selasa (22/2). Raker itu digelar sejak Senin (21/2), dihadiri oleh para menteri, Dewan Pertimbangan Presiden, dan pimpinan-pimpinan BUMN

Enam program baru itu mulai dijalankan pada 2012. "Mulai tahun 2012 ke depan saya minta pemerintah untuk menjalankan kebijakan dan program. Saya minta agar DPR bisa mendukung program prorakyat," kata Presiden. Enam program itu merupakan bagian dari kluster program pemberdayaan masyarakat.

Presiden mengatakan, untuk menurunkan kemiskinan, selama ini pemerintah telah memiliki program pemberian fasilitas dan bantuan pemerintah yang terbagi dalam tiga kluster, yakni bantuan langsung masyarakat, PNPM mandiri, serta kredit usaha rakyat. Enam program baru pada 2012 menjadi kluster keempat bantuan pemerintah.

Enam program yang disebut terobosan baru itu adalah program rumah sangat murah, kendaraan angkutan umum murah, air bersih, listrik murah dan hemat, peningkatan kehidupan nelayan, dan peningkatan masyarakat pinggir perkotaan. "Enam ini yang akan kita sentuh ke depan," katanya.

Khusus untuk program rumah murah, Presiden tidak ingin lagi ada rakyat tinggal di kolong jembatan. "Ada saudara kita yang bermalam di situ, tentu tidak baik kita biarkan. Di bantaran sungai atau tempat lain yang selayaknya tempat itu," kata Presiden. Program rumah murah juga ditujukan untuk rakyat berpenghasilan rendah.

Harganya sendiri berkisar antara Rp 20-25 juta di mana pembeliannya dapat dengan kredit lunak dan menpat bantuan pemerintah untuk sebagian biaya pembelian. Presiden dan jajarannya sedang mencari akal bagaimana membangun rumah yang layak tetapi berkategori murah. "Tentu lebih murah dibandingkan yang ada sekarang," katanya. n ikh

1. Program rumah sangat murah: Dibagi menjadi rumah sangat murah dan rumah murah. Rumah sangat murah, ditujukan bagi rakyat berkategori sangat miskin dan akan dihargai Rp 5-10 juta. Pembiayaannya sendiri nantinya dapat diambilkan dengan dana bantuan BUMN, CSR perusahaan swasta, ataupun varian dari itu. Hunian itu dapat menjadi rumah sementara bagi rakyat sebelum menempati hunian yang lebih baik.

2. Program angkutan umum murah: untuk penumpang dan barang, harga kendaraan umum paling murah adalah 120 juta, kalau bisa menggunakan energi listrik yang bisa di-switch. Ini diutamakan untuk angkutan umum perdesaan.

3. Program air bersih untuk rakyat: Tidak ada lagi krisis air di daerah tandus dan sebagainya. Sasaran tidak ada lagi krisis air di tahun 2025. Panduan proyek PU dan PNPM. Alokasi dari APBN.

4. Program listrik murah dan hemat: Mengurangi secara signifikan penggunaan BBM sebagai sumber daya listrik. Positif bagi bagi pengurangan subsidi. Program pengadaan bohlam hemat murah untuk rumah tangga. Perluasan energi surya melalui teknologi terkini yang relatif murah. Percepatan elektrifikasi desa, jangan bussness as usual.

5. Program peningkatan kehidupan nelayan: Pembuatan rumah sangat murah. Pekerjaan alternatif dan tambahan bagi keluarga dan nelayan. Skema UKM dan KUR. Pembangunan SPBU solar. Pembangunan cold storage. Angkutan umum murah. Fasilitas sekolah dan puskesmas. Fasilitas bank rakyat.

6. Program peningkatan kehidupan masyarakat pinggir perkotaan: Pembangunan rumah sangat murah. UMK dan KUR untuk pekerjaan. Upaya relokasi jika kondisi sangat buruh, pinggir sungan dan sebagainya. Fasilitas khusus untuk sekolah dan puskesmas.